Sejarah Kashmir: Konflik Abadi, Budaya, dan Harapan di Lembah Himalaya
Senin, 28 April 2025 22:43 WIB
Sejarah lengkap Kashmir: dari kerajaan kuno, masa kolonial, hingga konflik modern yang membentuk Asia Selatan.
Di sebuah sudut Himalaya yang memesona, Kashmir menghamparkan keindahan yang tiada tanding. Namun, di balik keelokan danau-danaunya yang tenang dan gunung-gunung bersalju, tersimpan kisah panjang tentang perebutan, pergolakan, dan perjuangan menentukan nasib sendiri. Sejarah Kashmir adalah perjalanan tentang harapan, luka, dan keindahan yang tak pernah padam.
Awal Sejarah Kashmir: Dari Tanah Legenda hingga Pusat Peradaban
Konon, wilayah Kashmir dahulu adalah sebuah danau raksasa, hingga Resi Kashyapa mengeringkannya. Dari sanalah nama "Kashyapamira" — tanah Kashyapa — berasal.
Di masa lampau, Kashmir menjelma sebagai pusat intelektual dan spiritual, memainkan peran penting dalam penyebaran agama Hindu dan Buddha.
Pada abad ke-3 SM, Raja Ashoka dari Kekaisaran Maurya memperkenalkan Buddha ke wilayah ini, menjadikan Kashmir bagian vital dari Jalur Sutra, mempertemukan budaya India, Asia Tengah, dan Cina.
Pada abad ke-8 hingga 12, lahirlah filsafat agung Shaivisme Kashmir, memperkaya warisan spiritual dunia.
Namun arus perubahan tak pernah berhenti. Pada abad ke-14, Islam datang lewat para pedagang dan sufi. Sultan Shams-ud-Din Shah Mir mendirikan Dinasti Shah Mir, membawa Kashmir ke dalam era baru: Islamisasi tanpa kekerasan, melahirkan budaya Sufi yang damai dan penuh toleransi.
Dari Kekuasaan Mughal ke Dogra: Politik yang Mengubah Nasib
Pada tahun 1586, Kaisar Mughal Akbar menaklukkan Kashmir, membangun taman-taman megah dan menjadikan lembah ini tempat peristirahatan para bangsawan.
Setelah keruntuhan Mughal, Kashmir jatuh ke tangan Afghan Durrani, lalu pada tahun 1819 dikuasai oleh Kerajaan Sikh Punjab di bawah Maharaja Ranjit Singh.
Titik balik besar datang pada 1846. Inggris, yang baru saja memenangkan Perang Anglo-Sikh, menjual Kashmir kepada Maharaja Hindu, Gulab Singh Dogra, lewat Perjanjian Amritsar. Sejak itu, Dinasti Dogra memerintah Kashmir dengan tangan besi, menindas mayoritas Muslim di bawah sistem feodal yang kejam — sebuah luka yang terus membara di dalam masyarakat Kashmir.
1947: Ketika Kemerdekaan Memecah Kashmir
Saat India dan Pakistan lahir dari keruntuhan Imperium Inggris pada 1947, Kashmir menemukan dirinya di persimpangan sejarah. Maharaja Hari Singh enggan memilih: bergabung dengan India, Pakistan, atau tetap merdeka.
Namun serbuan pasukan suku bersenjata dari Pakistan memaksanya memilih. Dalam keadaan terdesak, ia menandatangani Instrument of Accession, menyerahkan Kashmir kepada India dengan syarat khusus: otonomi.
India mengirim pasukan, Pakistan membalas, dan perang pun meletus. Ketika akhirnya gencatan senjata tercapai lewat campur tangan PBB tahun 1949, Kashmir terbelah:
-
India menguasai Jammu, Kashmir Valley, dan Ladakh.
-
Pakistan menguasai Azad Kashmir dan Gilgit-Baltistan.
Garis Gencatan Senjata (Line of Control) menjadi batas tak resmi — tetapi luka sejarah itu tetap menganga.
Perang, Pemberontakan, dan Bayang-Bayang Nuklir
Sejak 1947, tiga perang besar (1947, 1965, 1971) dan konflik Kargil tahun 1999 mewarnai hubungan India dan Pakistan. Di Kashmir sendiri, sejak 1989, pecah pemberontakan bersenjata menuntut kemerdekaan atau penyatuan dengan Pakistan.
Kashmir pun menjadi salah satu wilayah paling termiliterisasi di dunia. Setiap ketegangan kecil berisiko memicu perang nuklir antara dua negara bersenjata nuklir, menjadikan Kashmir ancaman global yang nyata.
Upaya damai, seperti dialog bilateral atau intervensi PBB, berkali-kali kandas. Referendum yang dijanjikan untuk menentukan nasib rakyat Kashmir tak pernah terlaksana.
2019: Sebuah Babak Baru, Sebuah Ketegangan Baru
Pada 5 Agustus 2019, pemerintah India mencabut otonomi khusus Jammu dan Kashmir dengan menghapus Pasal 370 Konstitusi India.
Wilayah itu kemudian dibagi menjadi dua Wilayah Persatuan: Jammu dan Kashmir, serta Ladakh.
Keputusan ini memicu protes besar, penangkapan massal, pembatasan internet, dan ketegangan diplomatik dengan Pakistan serta komunitas internasional.
India berpendapat langkah ini akan mempercepat pembangunan dan integrasi penuh Kashmir; namun banyak rakyat Kashmir merasa identitas dan hak-hak mereka semakin terpinggirkan.
Budaya Kashmir: Keindahan yang Tak Pernah Mati
Di balik gejolak politik, Kashmir tetaplah tanah seni, puisi, dan tradisi luhur.
-
Musik sufi, seperti lantunan Rouf dan Chakri, terus mengisi udara pegunungan.
-
Kerajinan tangan Pashmina dari Srinagar tetap menjadi ikon keanggunan dunia.
-
Sastra Persia dan Kashmiri menyimpan kisah cinta, perang, dan ketabahan sepanjang abad.
Budaya Kashmir bukan sekadar warisan, melainkan bentuk perlawanan: bahwa di tengah ketidakpastian, keindahan manusia tetap bisa bertahan.
Masa Depan Kashmir di Tengah Pertaruhan Global
Kashmir adalah kisah tentang tanah yang dijanjikan — dan dikoyak oleh sejarah.
Ia menjadi cermin pergulatan kolonialisme, nasionalisme, agama, dan geopolitik modern. Masa depan Kashmir bergantung pada keberanian semua pihak untuk mendengarkan suara rakyatnya, menghormati martabat manusia, dan membangun jalan damai yang selama ini terasa begitu jauh.
Di antara pegunungan yang abadi dan sungai-sungai yang terus mengalir, Kashmir menunggu. Menunggu dunia untuk berhenti melihatnya sekadar sebagai wilayah sengketa — dan mulai melihatnya sebagai tanah harapan.

Penulis Indonesiana
80 Pengikut

Strategi Pertumbuhan Konglomerat
Senin, 25 Agustus 2025 08:46 WIB
Riwayat Pinjaman Anda dalam BI Checking
Kamis, 21 Agustus 2025 22:45 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler